BERITA

Caleg Bicara Toleransi | Jalaluddin Rahmat: Indonesia Dicabik-cabik Kelompok yang Menyebar

Saya ingin berjuang sampai semua agama menikmati kehadiran agama yang lain.

AUTHOR / Antonius Eko

Caleg Bicara Toleransi | Jalaluddin Rahmat: Indonesia Dicabik-cabik Kelompok yang Menyebar
caleg toleransi, Jalaluddin Rahmat

KBR68H, Jakarta - Di mata Jalaluddin Rahmat, Indonesia tak hanya membutuhkan toleransi. Ada yang lebih penting dari toleransi yaitu menikmati kehidupan dalam keberagaman, itu yang disebut sebagai pluralisme. 


Sayangnya, bangsa ini masih intoleran. Kata caleg dari PDI Perjuangan itu, untuk mengakui kehadiran agama lain saja tidak mau. 


“Dalam toleransi kita menerima kehadiran orang lain sebagai warga negara. Tapi kehadiran mereka itu tidak kita nikmati, malah berusaha membikin jarak sosial. Saya ingin berjuang sampai semua agama menikmati kehadiran agama yang lain.” 


Menurut Kang Jalal, begitu biasa disapa, intoleransi bukan sekedar pengelompokan mayoritas dan minoritas. Pengelompokan itu sudah terjadi sejak dulu. Dia menuding munculnya kekerasan pada kelompok minoritas terjadi karena berkembangnya pemikiran Islam yang intoleran. 


“Kita menyebutnya sebagai kelompok yang berusaha mengkafirkan orang lain yang tak sepaham dengannya. Kelompok ini punya dukungan politik dari Pemerintah Arab Saudi. Arab Saudi menyebarkan ini ke Suriah. Kini mereka memusatkan perhatian ke Indonesia.” 


Dia menambahkan, benih-benihnya sudah ada pada kelompok-kelompok yang cita-citanya mendirikan Syariat Islam atau kekhalifahan di muka Bumi. Di balik ini, ada kekuatan-kekuatan anti nasionalis dan transnasional yang menggunakan kekuatan uang untuk memengaruhi masyarakat miskin sehingga menjadi radikal. 


Selain itu, sikap diam pemerintah makin memperparah keadaan. Itulah sebabnya Kang Jalal memutuskan menjadi caleg. Undang-undang pertama yang akan  dirancangnya  adalah perlindungan warga negara, apa pun agamanya. Bahwa mereka tidak boleh diserang, tidak boleh dicaci maki. 


“Provokasi terus muncul karena pemerintah mendiamkannya. Todung Mulya Lubis menyebut ini sebagai penyebaran kebencian. Rasa kebangsaan kita dikoyak-koyak oleh kelompok yang kerjaannya menyebar kebencian.” 


Menurutnya, ada satu alat untuk menyebar kebencian yang menyebabkan pemerintah tak berdaya, yaitu media sosial. Di media sosial orang bisa memaki-maki dan merendahkan kehormatan orang lain. 


“Undang Undang Transaksi Elektronik tidak berdaya. Saya pernah mengalami kasus ini, tapi tak pernah ada tindakan dari polisi. Kata mereka, ini belum sampai ke tindakan provokasi.” 


Jalaluddin Rahmat dikenal sangat vokal membela kelompok minoritas. Seiring keterbukaan politik, saat Abdurrahman Wahid alias Gus Dur menjadi Presiden Indonesia, akhirnya dia secara terbuka mengaku sebagai penganut Islam Syiah.


Dia membidani dan memimpin salah-satu organisasi resmi kaum Syiah di Indonesia, yaitu Ikatan Jamaah Alhulbait Indonesia, atau Ijabi, pada awal Juli 2000.


Kang Jalal yakin cita-citanya membangun pluralisme bisa dicapai melalui PDIP. Dia mengaku tak bisa menemukan wadah lain. Dia memilih PDIP karena dua hal. Yang pertama, idiologi partai yang nasionalis dan Pancasila. 


“Kedua, karena kemungkinan menangnya besar. Saya bisa saja gabung ke Nasdem karena mereka juga nasional. Tapi saya harus pilih partai yang bakal menang. Ini bukan kampanye, ini fakta karena sesuai dengan hasil survei.” 


Dia berprinsip, seorang caleg dan ketika nanti terpilih menjadi anggota parlemen harus mendukung pluralisme. Mestinya ini ditetapkan dalam undang-undang, setiap caleg harus pluralis. 


Tulisan ini adalah bagian dari serial #calegbicaratoleransi yang dihadirkan PortalKBR untuk membantu masyarakat mengenal calon anggota legistlatif yang maju dalam Pemilu 2014 April mendatang. Isu toleransi kami pilih mengingat Indonesia adalah negara yang sangat kaya akan perbedaan dan sudah sepatutnya para caleg sadar akan kekayaan ini. Caleg DPR RI dipilih secara acak – baik nama, partai maupun daerah pemilihannya. Ikuti juga Kenali Caleg yang membantu Anda memilih satu dari 6607 caleg yang maju di Pemilu 2014.



Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!